Pernah kebayang nggak sih gimana rasanya hidup di zaman batu, tapi tetap bisa menikmati musik? Tenang, bukan berarti nenek moyang kita streaming lagu sambil ngopi sore. Tapi faktanya, musik sudah ada sejak manusia mulai ngetok-ngetok batu — lah beneran dari zaman itu loh guys!
Yuk, kita jalan-jalan santai melintasi sejarah musik, dari zaman purba yang penuh suara alam, sampai era sekarang yang tinggal klik, lagu langsung muter.
🎶 Zaman Batu: Musik = Suara Alam + Alat Primordial
Sebelum ada gitar, piano, apalagi autotune, musik zaman dulu itu simpel: tepukan tangan, hentakan kaki, atau tiupan seruling dari tulang hewan (yes, beneran tulang!). Mereka bikin musik buat ritual, komunikasi, atau mungkin biar suasana ngumpul di gua nggak terlalu awkward.
Fakta keren: Seruling tertua yang ditemukan diperkirakan berusia lebih dari 40.000 tahun! Bisa dibilang itu “Spotify”-nya manusia purba.

Seruling tertua di dunia yang pernah ditemukan

🎻 Zaman Klasik: Musik Jadi Mewah dan Elegan
Lompat ke era Mesir, Yunani, dan Romawi kuno — musik mulai jadi bagian dari kebudayaan tinggi. Lalu masuk ke abad pertengahan dan zaman Barok, muncullah tokoh-tokoh besar seperti Bach, Mozart, dan Beethoven. Mereka menciptakan simfoni rumit, bikin kita mikir: “Ini orang otaknya isinya partitur semua, apa gimana?”
Waktu itu, musik bukan buat semua orang. Hanya kaum bangsawan dan orang kaya yang bisa menikmati konser. Kalau rakyat jelata? Paling banter nonton pemusik jalanan sambil makan roti keras.


📻 Era Mekanik: Musik Masuk ke Rumah-Rumah
Masuk abad ke-19, teknologi mulai unjuk gigi. Munculnya gramofon, radio, dan rekaman piringan hitam bikin musik makin dekat ke masyarakat umum. Lagu bisa direkam dan diputar ulang — nggak perlu repot manggil musisi tiap mau dengerin lagu favorit.
Radio kemudian jadi ‘Spotify-nya’ generasi kakek-nenek kita. Bayangin, satu keluarga duduk bareng dengerin siaran musik favorit, tanpa skip iklan.


💿 Era Digital: Musik di Ujung Jari
Tahun 1980-an sampai awal 2000-an, dunia musik berubah total. Kaset, CD, Walkman, dan MP3 player merajai pasar. Musik bisa dibawa ke mana-mana. Mau dengerin lagu sambil naik angkot? Bisa! Sambil jogging? Bisa banget!
Dan tentu saja, momen ikonik: download lagu dari internet. Meskipun koneksi dial-up bikin download 1 lagu butuh 20 menit, tetap aja semangat. Yang penting bisa dengerin lagu Avril Lavigne atau Linkin Park di Winamp!


📱 Zaman Sekarang: Streaming, AI, dan Musik Tanpa Batas
Masuklah kita ke era Spotify, Apple Music, YouTube, TikTok, dan teman-temannya. Musik sekarang bukan cuma didengar, tapi juga dilihat, dibagikan, dan… dijadikan backsound konten joget.
Dengan algoritma canggih, platform streaming bisa tahu selera musik kita lebih baik dari mantan. Dan dengan AI, sekarang bahkan ada lagu yang dibuat… tanpa musisi manusia! Sedikit creepy, tapi juga keren, ya?


🧠 Musik Terus Berubah, Tapi Tujuannya Sama
Dari seruling batu sampai musik digital, satu hal tetap sama: musik selalu jadi bagian dari kehidupan manusia. Untuk hiburan, ekspresi diri, penyembuhan, sampai pengiring galau saat hujan — musik selalu punya tempat.
Jadi, apapun bentuknya, mari kita nikmati evolusi musik ini. Siapa tahu, 50 tahun lagi kita bisa dengerin lagu lewat chip di otak. Tapi semoga tetap bisa skip lagu yang nggak cocok, ya.

Jadi, dari seruling batu sampai lagu-lagu yang bisa kamu putar sambil rebahan, evolusi musik memang luar biasa. Dan meskipun cara kita menikmati musik terus berubah, rasa cinta kita terhadap nada dan melodi tetap abadi. Nah, kalau kamu termasuk yang masih ngefans berat sama band favorit—entah itu Queen, BTS, atau band indie lokal yang cuma kamu dan dua orang lainnya yang tahu—kenapa nggak sekalian cetak poster keren mereka buat dipajang di kamar? Di Versa Design Studio, kamu bisa cetak poster, cover album, bahkan desain merchandise yang kece abis. Musik favorit, desain kece, kamar makin estetik — lengkap, kan?
-A.S